Menimba ilmu jauh dari orang tua
Saya disini akan bercerita keluh kesah jauh dari orang tua demi mengemban cita-cita sendiri dan cita-cita orang tua.
Saya anak pertama, mempunyai satu orang adik laki-laki yang sekarang duduk di kelas 6 SD. Saya sangat bersyukur dilahirkan dari keluarga sederhana yang penuh kasih sayang. Saya bersyukur lagi karena saya mempunyai orang tua yang masih lengkap/utuh. Bapak saya penuh dengan kedisiplinan,sedangkan ibu dengan pendidikan, jadi anaknya di ajarin dari kecil dengan yang dimiliki sifat Bpk dan Ibu. Setelah saya selesai melalui pendidikan SMA selama 3 tahun saya melanjutkan ke perguruan tinggi, saya melanjutkan perguruan tinggi di Universitas Gunadarama,Depok. Saya pertama tidak yakin untuk diterima di Universitas ini, apalagi saya tidak kepikiran untuk kuliah di luar Kota saya. Karena saya tidak bisa jauh dari sosok seorang ibu. Selama saya daftar sampai test saya mondar-mandir Sukabumi-Depok dengan orang Tua, betapa sedihnya saya melihat perjuangan orang tua yang ingin melihat anaknya bisa melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, saya melihat dari raut ke dua wajah orang tua tersirat betapa inginnya melihat anaknya berhasil. Beberapa minggu hasil tes keluar, saya diterima kemudian orang tua senang.
Tapi saat itu saya sedih semalaman saya nangis di rumah, karena mau tidak mau saya harus pisah dari orang tua. Beberapa minggu kemudian saya mendapatkan kosan, kemudian orang tua mengantarkan saya ke kosan, sepanjang jalan saya sedih, karena saya berpikir beberapa jam lagi akan jauh dari orang tua. Kemudian sampailah di kosan, beberapa jam kemudian orang tua berpamitab pulang, sebelum berpamitan orang tua menasehati saya, yang saya ingat dari ucapannya adalah “JAGA DIRI BAIK-BAIK JANGAN PERNAH MENINGGALKAN SHALAT 5 WAKTU & MENGAJI” itu amanat dari orang tua. Kemudian orang tua pulang, mereka nangis dan saya juga nangis. Persiapan masuk kuliah pada saat itu pas Bulan Puasa, semua persiapan saya persiapkan sendiri, shaur dan buka puasa say lalui sendiri, saat dari situ saya merasakan hidup mandiri jauh dari orang tua. Tapi alhamdulilah saya bisa melewati semuanya dengan sendiri selama 1 tahun. Sekarang saya semester 3 tak terasa 1 tahun saya lewati jauh dari orang tua. Selama 1 tahun itu saya sering rasakan rasa RINDU kepada orang tua dan adik saya, tapi mau gimana lagi hanya via tlp & sms saja mengobati itu semua. Kadang ketika tengah malam saya terbangun betapa rindunya kepada mereka saya menangis.
Sungguh penuh kesabaran melalui ini semua. Orang bilang katanya kehidupan anak kos itu bebas, bagi saya TIDAK karena tidak semua orang sifat sama, dan saya bukan termasuk orang seperti itu, kemana pun saya pergi saya selalu izin kepada orang tua. Karena ikhlas dan ridhonya Allah SWT terdapat pada orang tua apa lagi sosok Ibu. Terus saya masih melekat kedisiplinan dari sosok Bapak. Karena saya mempunyai prinsip “SAYA TIDAK AKAN BISA SEPERTI INI TANPA PERJUANGAN DAN DOA ORANG TUA*. Disaat saya down dalam kuliah, pembangkit semangat saya itu, dan orang tua selalu mengingatkan dan member nasehat. Itulah kisah saya dalam menjalani menimba iLmu jauh dari orang Tua. Saya sangat menyayangi orang tua dan adik saya, terimakasih ibu&bpk mungkin jasa-jasamu tak kan pernah terbalaskan dgn apapun ^_^.
1 komentar:
Kak dalam cerpen ini ada unsur apa aja?,tolong dijawab ya dan kasih penjelasan!makasih sebelumnya😊😄
Posting Komentar